Sunday, March 19, 2017

Accesoris Untuk Membuat Video

Terkadang, kita bingung, apa saja yang sebenarnya dibutuhkan untuk membuat sebuah Video. Lalu kita membeli yang seharusnya tidak perlu di beli. Berikut adalah accesoris yang dibutuhkan untuk membuat video menurut saya pribadi:

Sebelum saya menyebutkan accesoris nya, saya akan menyebutkan gear/alat  yang wajib kita miliki untuk membuat video.
  • Kamera
Sudah jelas ya, kemera adalah alat utama untuk membuat sebuah video. Kalian bisa menggunakan Kamera apa saja, seperti

1. DSLR (contoh: Canon, Nikon)

Contoh DSLR Canon 5D Mark IV
2. Mirrorless (Contoh: Fujifilm, Canon, Sony)


Contoh Mirrorless Sony Alpha 7s Mark II Body Only
3. Camcoder (Contoh: Canon, Sony, Panasonic)
Contoh Camcoder Canon XF305
  • Lensa
Lensa sangat berperan penting untuk mengambil sebuah gambar pada kamera. Dan kali ini saya akan memberi tahu lensa apa yang cocok untuk membuat sebuah video. Harga lensa memang tidak bisa dibilang murah. Semakin mahal harganya, kalian akan bisa merasakan bedanya.
Lensa yang cocok menurut saya untuk mengambil sebuah video adalah:
  1. Lensa Zoom (Canon EF 24-70mm F/4L IS USM)
  2. Lensa Prime/Fix (Sony FE 50mm F/1.4 ZA Planar T*)
 Untuk penjelasan dengan kedua jenis lensa tersebut, akan saya buatkan artikel khusus yang akan membahas tentang sebuah lensa.




Sekarang, kita akan membahas accesoris apa saja yang dibutuhkan untuk membuat sebuah video.

  • Microphone
Contoh: Rode Microphone Videomic Pro Rycote

Sebenarnya didalam kamera yang kita miliki, semua nya sudah built in microphone alias sudah ada microphone didalam kamera kita. Namun, menurut saya microphone yang ada di dalam kamera kita tidak bisa diandalkan ketika kita ingin merekam diluar ruangan. Karena banyaknya angin, maka hasil rekaman suara akan banyak noise atau dalam artian banyak suara hembusan angin. Tapi, saat kita memakai Microphone External, suara angin seperti itu bisa di minimalisir dengan fitur yang disediakan oleh Microphone External. Suara terdengar lebih jernih dan fokus. Dan juga untuk masalah jarak, jika kita mengandalkan microphone yang ada di kamera kita, saat posisi kita cukup jauh. Maka, suara kita akan terdengar samar-samar atau tidak jelas. Berbeda dengan kalau kita memakai Microphone External, maka saat posisi kita cukup jauh dari kamera, suara kita masih bisa tetap terdengar dan fokus. Namun, ada batas jarak pula yang menjadi kelemahan pada Microphone External.Terlihat harga dari Mircrophone External cukup bisa dibilang mahal. Tapi tenang saja, masihbanyak merk yang harga nya cukup terjangkau. Intinya, tidak semua Microphone External itu mahal

  • Lighting Continuous
Contoh: APUTURE Amaran AL-H160 LED Video Light
 Sebenarnya lighting ini baru bisa digunakan saat malah hari atau saat cuaca yang mendung. Kalau kalian suka lihat proses pembuatan film atau sinetron, mungkin kalian merasa kok berbeda lighting nya dengan apa yang saya kasih lihat sebagai contoh gambar pada artikel ini. Sebenarnya sama saja. Cuma bedanya ukuran dan tingkat Color Temperature serta Supply Power nya saja. Nah, untuk contoh diatas, biasanya banyak orang memakainya untuk membuat Vlog, Short Movie, Studio, dll. 
Adanya Lighting External tersebut membuat pencahayaan pada objek menjadi rata. Sayangnya, pada Kamera kita tidak ada yang namanya Lighting Continuous, cuma ada Blitz/Flash saja yang berfungsi untuk memotret. 

  • Tripod 
Contoh: Vanguard Espod CX 204 AGH
 
Alasan saya menjadi kan tipe itu untuk menjadi contoh adalah, karena adanya pistol-grip head . Berfungsi sebagai pegangan ketika kita mengubah arah kamera. Ditambah lagi adanya ball head didalam tripod tersebut. membuat kita leluasa untuk mengubah arah semau kita mengikuti objek. Kesimpulan nya, jika kalian ingin membeli sebuah Tripod untuk keperluan videografi tripod ini cocok untuk hal tersebut. Sebenarnya banyak model tripod seperti ini, tapi dalam kesempatan ini saya menggunakan tipe ini untuk dijadikan contoh.

  • Stabilizer 

Contoh: M-Coplus MP-SA 60 Mini Handheld
 Stabilizer, sesuai dengan namanya. Berguna untuk menstabilkan gambar. Alat tersebut berusaha untuk terus stabil walaupun kita bawa lari sekalipun. Jika kalian suka melihat adegan film yang berlari maupun berjalan, dan kamera mengikuti nya. Kebanyakan para videografer menggunakan Stabilizer. Stabilizer mempunyai beberapa jenis, diantaranya:
  1. Glidecam
  2. Crane
  3. Steadycam 
Namun, jika kita ingin memiliki alat ini, cukup menguras dompet juga. Karena harga yang mahal. Saya menyarankan, kalau hanya untuk membuat video biasa dan bukan bersifat komersial. Lebih baik urungkan niat untuk membeli ini. Toh, di saat editing pun kita masih bisa meminimalisir goncangan kamera. Memang, kalau memakai Stabilizer, hasil video akan sangat halus. Apalagi ditambah, jika sudah masuk proses pengeditan, maka hasil gambar akan semakin halus/smooth. Semua terserah kalian, jika memang ada budget lebih, silahkan belilah Stabilizer untuk hasil video yang akan halus walaupun kita bawa lari kamera kita.





Mungkin itu saja yang bisa saya sarankan untuk macam-macam Accesoris untuk membuat video. Saya memberi tahu hal tersebut sesuai dengan pengalaman saya pribadi. Gear/alat/accesoris yang tertera di atas sudah saya rasakan semua manfaatnya. Terima kasih. Dan selamat berbelanja hehehe😊 
 

Software Untuk Mengedit Video

Dalam artikel ini saya akan menyebutkan dan menjelaskan Software apa aja yang digunakan untuk mengedit sebuah Video. Mulai dari yang biasa saya gunakan maupun yang saya ketahui. Saya juga akan menyertakan link untuk mendowload Software tersebut pada nama Software yang saya sebutkan, dan link tersebut akan menuju halaman web resmi Software tersebut. Bukan website untuk mendownload versi bajakan nya.

Berikut macam-macam Software nya:

Pertama kali saya belajar untuk mengedit video memakai Software Vegas Pro. Dulu, nama Software ini adalah Sony Vegas Pro. Tapi nampaknya pihak Sony sudah tidak ada kerjasama dengan Software tersebut, dan nama Sony pun di hapus dan diganti menjadi Vegas Pro. Menurut pengalaman saya sebagai editor video, Software ini sangat mudah untuk dipahami, tidak butuh lama untuk beradaptasi dengan tampilan nya. Belajar dari Youtube, maka kalian akan cepat bisa mengaplikasi kan Software ini. Fitur pada Software ini pun sangat lengkap. Tidak ada yang kurang dari Software ini. Cocok juga untuk pemula yang ingin belajar mengedit video.

Vegas Pro mempunyai banyak versi, seperti:
  1. Vegas Pro 9 (32bit & 64bit)
  2. Vegas Pro 10 (32bit & 64bit)
  3. Vegas Pro 11 (32bit & 64bit)
  4. Vegas Pro 12 (64bit)
  5. Vegas Pro 13 (64bit)
  6. Vegas Pro 14 (64bit)
Kebetulan saat ini saya memakai Vegas Pro 13 untuk melakukan editing video. Banyak video yang saya hasilkan dari Software ini, untuk melihatnya kalian bisa lihat di Channel Youtube saya:
Mencoba Lagi Production 

 Software yang satu ini sudah pasti sangat familiar untuk kalangan editor. Ya, lagi-lagi besutan dari Adobe. Software yang satu ini sudah tidak diragukan lagi dalam fitur mengedit video. Hampir semua editor video memakai Software ini. Saya pun juga memakai Software ini, jadi saya memakai 2 Software dalam mengedit video. Bukan berarti saya menggunakan 2 Software sekaligus ya, hanya 1 yang saya gunakan. Tergantung jenis video yang ada. Dalam pengoperasian Software ini cukup mudah, dan memang butuh waktu untuk bisa menguasai semua fitur yang ada. Yang penting kita selalu belajar saja agar terbiasa dengan semuanya.
Adobe Premiere Pro mempunyai banyak versi, seperti:
  1. Adobe Premiere Pro CS 3 (32bit & 64bit)
  2. Adobe Premiere Pro CS 4 (32bit & 64bit)
  3. Adobe Premiere Pro CS 5 (64bit)
  4. Adobe Premiere Pro CS 6 (64bit)
  5. Adobe Premiere Pro CC (64bit)
Adobe Premiere Pro yang saya gunakan ialah versi CC, karena sudah support dengan Laptop saya. Jika kalian ingin mendownload nya, jangan lupa untuk lihat spesifikasi yang tersedia di Laptop/Komputer kalian.
 Software ini adalah besutan dari Apple.inc jadi untuk pengguna Windows, kalian tidak bisa menggunakan Software ini di Laptop kalian. Para editor Profesional menggunakan Software ini, karena kebanyakan editor memakai produk dari Apple, seperti iMac & Macbook. Saya tidak bisa menjelaskan banyak tentang ini, karena saya tidak memakai produk tersebut. Jika kalian yang memakai produk  Apple silahkan coba Software ini.
Yang terakhir ini adalah besutan dari Windows. Di sesuaikan untuk pemula jika ingin belajar mengedit video. Dulu saya sempat memakai ini, sebelum saya tau apa saja Software untuk mengedit video. Sangatlah mudah untuk memakai Software ini.
Semua Windows support untuk menjalankan Software ini, seperti:
  1. Windows XP
  2. Windows Vista
  3. Windows 7
  4. Windows 8
  5. Windows 10
Silahkan kalian coba jika ingin mencoba Software ini, link sudah saya sediakan di nama Software ini.





Itu saja yang saya bisa jelaskan di dalam artikel ini. Semoga bermanfaat. Dan selamat belajar untuk menjadi seorang Editor Video. Mungkin masih banyak Software untuk mengedit Video. Tapi yang saya gunakan dan yang saya tau hanya Software yang saya sebutkan di atas. Terima Kasih.
 

Teknik Pengambilan Gambar



Dalam sebuah dunia Fotografi & Videografi, kita tidak bisa membuat sebuah Video atau pun Film dengan asal rekam. Dan untuk pengambilan Foto pun tidak sembarangan untuk mengambil gambar. Ada banyak cara/teknik yang harus kita ketahui untuk membuat hasil yang lebih baik. Berikut ini macam-macam teknik nya:
  1. Frog Eye : Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang sangat besar. Biasanya terjadi distorsi perspektif berupa pengecilan ukuran subyek, sehingga menghasilkan kesan keangkuhan, keagungan, dan kekokohan pada objek yang kita ambil.
  2. Low Angle : Sudut pengambilan dari arah bawah obyek sehingga membuat kesan objek jadi membesar.
  3. Eye Level : Sudut pengambilan gambar sejajar dengan obyek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan obyek.
  4. High Angle : Sudut pengambilan dari atas obyek sehingga kesan obyek jadi mengecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis, yakni kesan seakan menjadi kerdil.
  5. Bird Eye : Teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera di atas ketinggian obyek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah demikian kecil. Di sekarang ini banyak orang memakai Drone sebagai alatnya.
  6. Slanted : Jenis shot ini merupakan perekaman dengan sudut tidak frontal dari depan atau frontal dari samping obyek, melainkan dari sudut 45‘ dari objek, sehingga obyek yang lain ikut masuk kedalam bingkai rekam.
  7. Over Shoulder Shot ini merupakan versi close-up dari slanted shot sehingga seakan-akan objek lain di-shot dari bahu obyek utama.
Dengan penjelasan diatas kalian pasti punya gambaran seperti apa hasil yang didapat dengan menggunakan teknik tersebut. Jika kalian sering menonton acara Tv seperti Sinetron atau FTV dan juga seperti Film yang ada di Bioskop, semuanya pasti memakai teknik tersebut. Dan jika kalian lihat hasil Foto para Fotografer Profesional, mereka pasti memakai teknik-teknik diatas.  Tidak perlu semua dipakai. Pilih beberapa dari itu, sesuai dengan keinginan kita, atau sesuai dengan alur cerita  atau konsep yang di bua.
 Sekarang kita sama-sama belajar ukuran gambar. Dalam artian sebutan untuk pengambilan gambar. Berikut macam-macam nya beserta penjelasan nya:
  1. Extreme Close Up (ECU) : Pengambilan gambar sangat dekat sekali, sampai pori-pori kulit pun terlihat. Memperlihatkan detail suatu obyek secara jelas.
  2. Big Close Up (BCU) : Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dagu obyek. Menonjolkan obyek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.
  3. Close Up (CU) : Pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai bawah leher. Untuk memberi gambaran obyek secara jelas.
  4. Medium Close Up (MCU) : Ukuran gambar sebatas kepala hingga dada. Untuk menegaskan profile seseorang.
  5. Medium Shot (MS) : Ukuran gambar sebatas dri kepala hingga pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang.
  6. Full Shot (FS) : Pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga kaki. Memperlihatkan obyek secara keseluruhan.
  7. Long Shot (LS) : Pengambilan gambar melebihi full shot. Menunjukan obyek dengan latar belakangnya.
  8. One Shot (1S) : Pengambilan gambar satu obyek. Memperlihatkan seseorang dalam in frame.
  9. Two Shot (2S) : Pengambilan gambar dua obyek. Biasanya memperlihatkan adegan dua orang sedang bercakap.
  10. Group Shot (GS) : Pengambilan gambar sekelompok orang. Misalnya ada adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya.
Semoga dengan adanya artikel ini, kita bisa jadi lebih baik untuk pengambilan gambar. Belajarlah berimajinasi, mainkan teknik tersebut dengan kreasi kita sendiri. Supaya mempunyai ciri khas sebagai Fotografer maupun Videografer.

Software Untuk Mengedit Foto

Kali ini saya akan menjelaskan kepada kalian semua Software apa yang biasa saya pakai dan yang saya ketahui untuk mengedit/olah digital sebuah foto.Saya tidak bisa memberi tutorial mengedit pada kesempatan ini. Tetapi saya akan memberi tahu macam-macam Software nya. Mungkin untuk Tutorial akan saya buat di lain kesempatan.

Berikut adalah beberapa Software yang saya akan jelaskan pada artikel ini, silahkan untuk mengklik nama Software tersebut bila ingin mendownload nya. Saya akan memberi link versi ASLI nya. bukan yang Crack.

 
 

 
 Sebenarnya ada banyak versi untuk Software Photoshop ini, tetapi saya memakai versi Photoshop CC karena sesuai dengan Spesifikasi pada Laptop saya, serta ingin upgrade versi. Sebelum nya saya menggunakan Photoshop CS6. Berikut versi-versi Adobe Photoshop yang biasa banyak para Fotografer memakai nya untuk melakukan olah digital:
  1. Adobe Photoshop CS 3 (32bit & 64bit)
  2. Adobe Photoshop CS 4 (32bit & 64bit)
  3. Adobe Photoshop CS 5 (32bit & 64bit)
  4. Adobe Photoshop CS 6 (32bit & 64bit)
  5. Adobe Photoshop CC (64bit)
*CC adalah singkatan dari Creative Cloud

 Silahkan kalian pilih sesuai dengan kemampuan Komputer/Laptop kalian. Semua sama saja, tidak ada kata sulit pada semua versi. Saya pun awal pertama memakai Software besutan dari Adobe ini adalah Photoshop CS 3. 



Sama seperti Software yang pertama, Adobe Lighroom merupakan besutan dari Adobe. Jujur saja, saya tidak memakai Software ini. Tapi tidak ada salahnya jika kalian ingin memakai Software ini. Banyak para Fotografer Profesional yang memakai Software ini. Dengan menghubungkan langsung Kamera ke Laptop saat melakukan pemotretan lalu Software ini akan menampilkan apa yang ada di hadapan lensa kamera. Dengan kata lain sebagai Live View/Monitor.
Berikut versi-versi pada Adobe Photoshop Lightroom:
  1. Adobe Lightroom 3 (32bit & 64bit)
  2. Adobe Lightroom 4 (32bit & 64bit)
  3. Adobe Lightroom 5 (32bit & 64bit)
  4. Adobe Lightroom 6 (32bit & 64bit)
  5. Adobe Lightroom CC (64bit) 


  Untuk Software yang satu ini sebenarnya sudah bawaan jika kita menginstal Windows Office. Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengedit foto di Software ini. Saya menggunakan nya untuk meresize sebuah foto. Selebihnya saya tidak melakukan apapun. Sebenernya pada Software Photoshop pun kita bisa melakuka resize sebuah foto. Tapi, kalau kita hanya ingin meresize foto saja, tanpa melakukan editing dan ingin membuka Software yang bisa dibilang sangat ringan silahkan pakai Software ini jika tersedia di Laptop atau Komputer kalian masing-masing.




Dan yang terakhir adalah PhotoScape, Software ini cukup ringan untuk sebuah Software olah digital pada foto. Banyak fitur yang disematkan pada Software ini contohnya adalah untuk mengedit sebuah foto ini seperti resizing, brightness and color adjustment, white balance, backlight correction, frames, balloons, mosaic mode, adding text, drawing pictures, cropping, filters, red eye removal, blooming.
Dan masih banyak fitur lain nya.



Sekarang kalian tinggal pilih saja, apa yang cocok menurut kalian. Semua Software yang saya sebutkan diatas ialah yang saya ketahui saja. Mungkin masih ada lagi Software untuk mengedit Foto. Kalau menurut pendapat saya, semua Software untuk mengedit Foto itu mudah untuk dipahami. Tutorial untuk menggunakan nya pun sangat banyak di Youtube. Sekian artikel kali ini. Terima Kasih.







Saturday, March 18, 2017

Mengenal Metering DSLR

 
Metering Dalam DSLR

Istilah metering dalam fotografi memegang peranan yang penting dalam menentukan eksposur, dalam hal ini adalah terang gelapnya foto yang dihasilkan. Metering pada prinsipnya adalah proses mengukur cahaya sebagai acuan kamera untuk menentukan komponen eksposur yang optimal (shutter speed, aperture dan ISO). Logika metering kamera akan berupaya menjaga eksposure yang pas dimana foto yang dihasilkan memiliki area gelap (shadow), area tengah/grey (midtone) dan area terang (highlight) yang berimbang. Tidak seperti mata manusia, sensor pada kamera digital punya rentang sensitivitas terhadap cahaya yang terbatas sehingga kamera sulit untuk mereproduksi kondisi terang gelap yang menyamai kondisiaslinya.Kinerja metering dari sebuah kamera akan sangat menentukan untuk menghindari dari hasil foto yang terlalu terang (over-exposure) atau terlalu gelap (under-exposure).

Pada kamera DSLR, terdapat sebuah modul light meter yang memiliki beberapa sensor (segmen/area) peka cahaya.Modul ini akan menerima cahaya yang masuk melalui lensa lalu bertugas mengirim informasi ke prosesor kamera DSLR untuk memberi gambaran kondisi cahaya yang terukur. Pada kamera digital lainnya, proses metering langsung dilakukan dengan menganalisa intensitas cahaya yang mengenai beberapa bagian pada sensor CCD/CMOS. Baik proses metering dengan kamera DSLR atau kamera digital biasa, kita bisa jumpai ada beberapa pilihan mode metering yang tersedia. Berbagai mode metering ini akan berfungsi saat kita memakai kamera digital dengan eksposur otomatis atau semi otomatis (Program/Aperture Priority/Shutter Priority).


  1. Pilihan Mode Metering Yang Ada Pada Kamera Digital Diantaranya :



  • Multi segment/Evaluative/Matrix Metering
Contoh ilustrasi Matrix Metering

Mode metering pertama ini adalah mode yang umum digunakan dimana kamera akan menentukan eksposure berdasarkan perataan pengukuran cahaya di seluruh bidang foto. Dengan kata lain kamera menganggap pengukuran cahaya pada semua bidang foto punya prioritas yang sama penting. Pada mode ini kamera mengacu pada informasi terang gelap yang diterima oleh semua segmen di light meter lalu menggabungkan hasilnya dan dirata-rata untuk menentukan eksposure yang sesuai. Tiap kamera memiliki jumlah segmen yang berbeda-beda dan juga teknik perataan yang juga berbeda. Semakin banyak segmen yang digunakan untuk pengukuran ini maka akan semakin lengkap informasi yang diterima kamera sehingga semakin akurat hasilnya. Mode ini dianggap bisa diandalkan untuk kebanyakan situasi pemotretan (indoor dan outdoor) dan karena kamera memperhitungkan seluruh segmen dari bidang foto maka mode ini mampu menghindarkan dari hasil foto yang over-exposure. Namun ada situasi dimana mode ini member hasil yang tidak tepat seperti foto landscape yang memiliki elemen langit terang yang dominan dan berkontras tinggi.
  • Center-weighted Average Metering
Contoh ilustrasi Center Weighted Average Metering

Pada mode kedua, yaitu center-weight, kamera masih mengandalkan pengukuran dari banyak area sensor namun lebih memprioritaskan pengukuran pada bidang tengah foto (sekitar 75% dari bidang foto) dan tidak terlalu memperhitungkan pengukuran cahaya di luar area tengah itu.

Dengan memakai mode metering ini, area tengah yang umumnya jadi subjek foto, bisa mendapat eksposure yang lebih tepat. Mode ini cocok untuk potret wajah atau kebutuhan lain yang memang menitik berat kan eksposure yang tepat pada bagian tengah foto, sedangkan area di luar nya boleh agak terlalu terang atau terlalu gelap.

  • Partial Metering
Contoh ilustrasi Partial Metering

Mode metering ini sesuai namanya, hanya mengukur dari sebagian tengah area sensor (sekitar 15%) dan akan mengabaikan area diluar itu, sehingga cocok digunakan untuk mengatasi cahaya yang lebih terang dari arah belakang obyek foto (backlight). Bila memakai mode Multi Segment atau Center-weight saat menghadapi backlight masih menghasilkan obyek yang siluet, mode Partial metering ini bisa digunakan. Namun karena banyak area di luar yang tidak ikut diperhitungkan dalam penentuan eksposur, area diluar obyek bisa sangat terang hingga mengalami highlight clipping atau blown. Mode ini cocok untuk potret wajah atau kebutuhan lain yang mengalami backlight.

  • Spot Metering
Contoh ilustrasi Spot Metering

Di mode yang bernama spot metering ini kamera hanya mengukur cahaya pada sebidang titik kecil (sekitar 5% dari bidang foto) dan akan mengabaikan 95% area selain titik tadi. Titik kecil ini harus diarahkan tepat di obyek yang akan diukur, bila meleset sedikit saja maka hasilnya akan berbeda. Tidak semua kamera digital menyediakan mode ini. Mode ini berguna untuk memotret di tempat yang pencahayaan nya amat kompleks dimana bila tidak memakai mode spot maka tidak akan didapat eksposure yang sesuai. Biasanya kondisi yang memaksa kita untuk memakai spot meter adalah saat bidang foto memiliki kontras (perbedaan terang gelap) yang amat tinggi, seperti saat memotret bulan purnama. Namun bila kita salah dalam memakai mode ini, obyek yang hendak di foto bias jadi terlalu terang atau gelap.  

Perlu di ingat bahwa nilai eksposure tidak ada standar pasti. Kita hanya mengandal kan mata untuk menilai apakah foto yang dihasilkan sudah memiliki eksposure yang tepat (kadang foto yang agak gelap atau agak terang tidak berarti foto  itu gagal). Bila menurut kita ternyata eksposur foto yang dihasilkan oleh kamera belum sesuai dengan keinginan kita, bias diatasi dengan kompensasi eksposur (Ev) kearah negatif (lebih gelap) atau positif (lebih terang). Bisa juga memakai bantuan tombol kuncian eksposure (exposure lock/AE-L), atau kesulitan mendapat eksposur yang tepat ini bisa juga diatasi dengan bantuan reflector atau bahkan lampu kilat.
Contoh Pemakaian Refelctor

 
Contoh Lampu Kilat